Hingga saat ini banyak orang tua mengakui jarang menemani anaknya menonton televisi sehingga dikhawatirkan tayangannya berdampak negatif bagi mereka.
Salah seorang pedagang makanan di Kebon Kacang, Jakarta, Selasa, Suiyah, mengaku sering tidak menemani putrinya yang berusia 12 tahun menonton televisi karena sibuk menjaga warung hingga malam hari.
“Saya hanya sempat menemani anak menonton televisi pada malam hari tetapi sebenarnya saya juga merasa cemas karena banyak presenter televisi di acara komedi dan musik yang sering mengatakan hal tidak sopan dan kata-kata kasar,” katanya.
Suiyah juga menyadari bahwa anak-anak bisa meniru adegan yang ada dalam tayangan televisi. Tetapi, ia selalu berusaha memantau tayangan apa saja yang ditonton oleh putrinya.
Hal serupa juga diakui oleh seorang pedagang di sebuah pusat perbelanjaan, Rahayu yang jarang menemani putra-putrinya menonton televisi.
Ibu dua anak ini mengatakan, kesibukannya berdagang membuatnya waktunya terbatas untuk menemani anak-anaknya menonton televisi.
“Biasanya anak-anak nonton film kartun, film laga dan berita. Karena saya baru pulang pukul 19.30 WIB, saya baru bisa menemani anak-anak pada malam hari sekaligus berkumpul bersama keluarga,” ujar perempuan asal Indramayu ini.
Sementara itu, berbeda dengan seorang akuntan di sebuah perusahaan swasta, Noor Qodri, mengatakan, meskipun ia hanya sempat menemani anak-anaknya menonton televisi pagi dan malam hari serta pada akhir pekan, ia berusaha memberikan wawasan mengenai tayangan mana yang baik untuk anaknya.
“Mereka lebih menyukai acara anak-anak seperti kartun dan acara yang menyajikan ilmu pengetahuan. Tetapi mereka juga suka menonton sinetron remaja yang sebenarnya bukan untuk anak-anak,” kata Noor.
Noor mengemukakan, setiap tayangan televisi memiliki dampak positif maupun negatif. Tetapi itu semua bergantung pada isi pesan yang akan disampaikan dan bagaimana acara tersebut dikemas. Stasiun televisi seharusnya membuat dan mengemas tayangannya dengan serius.
Berkembang cepat
Senada dengan pendapat Noor, salah seorang pengunjung pusat perbelanjaan, Lilis, mengatakan, banyak tayangan televisi yang kurang mendidik dan adegan yang seharusnya disensor, seperti pada program sinetron.
“Pola pikir anak-anak menjadi berkembang lebih cepat dan mereka jadi cepat dewasa karena sering menonton sinetron,” kata Lilis.
Lilis berpendapat, pengaruh media massa sangat besar sehingga orang tua juga harus tetap mengawasi dan memperhatikan perkembangan anak-anak mereka, terutama ketika menonton televisi.
Komisioner Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Nina Mutmainnah
Armando sebelumnya, mengatakan anak perlu pendampingan orang tua ketika menonton televisi untuk mencegah pengaruh negatif tayangan televisi terhadap anak-anak.
“Anak-anak sangat mudah meniru apa yang mereka tonton di televisi. Orang tua harus bersikap kritis terhadap tayangan televisi agar bisa menentukan tayangan yang tepat untuk anak mereka,” kata Nina.
sehatnews.com
Artikel lainnya: